Masa Gugur Berkepanjangan
Rumput laut adalah salah satu harapan untuk menopang perekonomian masyarakat Sawangan.
Dari tahun 1987 budidaya rumput laut ini telah digeluti oleh sebagian masyarakat Sawangan. Awal ujicoba budidaya rumput laut ini dilakukan diperairan Geger, Pantai Karang Boma dan Pantai Gunung Payung. Alhasil uji coba tersebut membawa harapan baru bagi masyarakat untuk memperbaiki taraf hidupnya. Dimana sebelum mengenal budidaya rumput laut, kebanyakan dari mereka menjadi petani ladang yang hasilnya bisa dinikmati setahun sekali. Selain bertani di ladang juga memelihara sapi.
Hasil pertanian dan peternakan tradisional tersebut tidaklah memberi harapan yang berarti bagi masyarakat Sawangan.
Munculnya budidaya rumput laut yang ditekuni sejak tahun 1987 tersebut telah membuahkan hasil yang lebih baik, dan bahkan menjadi harapan terakhir bagi perekonomian masyarakat Sawangan.
Berbicara mengenai potensi budidaya rumput laut bagi masyarakat Sawangan dan masyarakat lainnya yang menekuni budidaya rumput laut ini membawa manfaat yang luar biasa bagi kalangan petani budidaya, distributor dan produsen komoditi yang memakai bahan mentah dari rumput laut ini.
Di tahun 90-an, bagi petani rumput laut di Sawangan merupakan bencana besar, karena gugurnya rumput laut untuk fase pertama kalinya dari sejak digelutinya budidaya rumput laut ini. Pada masa ini, jenis rumput laut yang di budidaya merupakan jenis Spinosum, Cottonii Alvaresi, Cottonii Karang Jahe talus besar dan kasar. Tetapi ketahanan terhadap penyakit pada masa itu sangat lemah, sehingga tidak bisa bertahan pada saat itu. Walaupun dengan keadaan seperti itu, masyarakat Sawangan tidak pernah menyerah dengan keadaan tersebut. Masyarakat Sawangan khususnya bagi Pan Lunga (Almarhum) dengan ketekunannya tetap membudidayakan rumput laut di kawasan Pantai Karang Boma.
Dengan ketekunan dan usaha yang keras, akhirnya mereka menemukan varietas baru atas petunjuk Bapak Wayan Simbik (Pan Agus - Peminge) yang didapat dari Petani Kutuh dengan nama Cottonii Sakul (Bulung Kriput - Sawangan). Varietas baru ini dapat bertahan dengan keadaan yang ada pada saat itu, dan bahkan berkembang sampai tahun 2007. Di tahun 2007 muncul juga varietas baru yang dikenalkan oleh Nengah Suastra, yang didapat dari Pantai Gerokgak Buleleng, dengan nama Cottonii Maumere ( Bulung Gregah - Sawangan). Dengan munculnya varietas ini diikuti oleh gugurnya jenis Cottonii Sakul.
Gugurnya Cottonii Sakul, sementara perkembangan Varietas Cottonii Maumere yang belum maksimal membuat semua petani sampai ke Nusa Penida berharap-harap cemas karna varietas unggulan mereka seperti Cottonii Sakul mengalami keguguran.
Di tengah-tengah keresahan petani yang tidak henti-hentinya melakukan usaha untuk memperbaiki keadaan dengan berbagai cara, akhirnya mereka masih dapat menambatkan harapan mereka kepada varietas awal yaitu Cottonii Kangkung/Gadis Bali dan Varietas Cottonii Karang Jahe tallus kecil dan lembut, sehingga para petani khususnya di Geger masih bisa bernafas lega.
Sehingga di tahun 2009 ini ada beberapa varietas yang masih berkembang seperti Cottonii Kangkung/Gadis Bali untuk daerah Sawangan, Geger, Kutuh. Varietas Cottonii Karang Jahe tallus kecil berkembang di Geger, Sawangan juga Kutuh. Sementara Varietas Cottonii Sakul sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan di daerah Geger.
Demikianlah seklumit cerita tentang perkembangan varietas rumput laut di Sawangan.
Semoga bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dengan informasi tentang rumput laut.
Salam,
0 Comments:
Post a Comment
<< Home